Penelitian yang dilakukan IPSOS tahun 2018 menyatakan bahwa 19% kalangan orang dewasa di Indonesia mengalami masalah gigi sensitif. Gangguan kesehatan tersebut ditandai dengan rasa ngilu pada gigi, khususnya saat mengonsumsi makanan dan minuman yang terlalu panas, dingin, asam, atau manis. Kalau kamu termasuk orang yang mengidap gangguan kesehatan tersebut, maka kamu wajib melakukan cara menghilangkan gigi ngilu supaya rasa kurang nyaman itu tidak berkepanjangan.
Sebaiknya kamu tidak mengabaikan rasa ngilu dan malas mencari cara menghilangkan ngilu pada gigi. Penyebab ngilu yang tidak diatasi sampai tuntas berisiko memicu gangguan kesehatan gigi yang lebih serius.
Beberapa faktor yang menyebabkan gigi ngilu adalah sebagai berikut:
Jangan biarkan masalah ngilu pada gigi terjadi terus-menerus tanpa mendapatkan penanganan yang tepat. Rasa ngilu adalah salah satu tanda yang menunjukkan bahwa kondisi gigimu sedang tidak baik-baik saja. Kalau awalnya ngilu hanya terjadi saat menikmati makanan atau minuman tertentu, pembiaran akan membuat intensitas ngilu semakin sering muncul meskipun tidak sedang makan atau minum.
Di samping itu, gigi sensitif yang terasa ngilu juga berisiko mengakibatkan komplikasi lainnya, seperti gigi berlubang (karies) serta infeksi gusi maupun rahang. Gigi yang ngilu lalu berlubang kerap disertai gejala lain yang tak kalah mengganggu, seperti pembengkakan, demam, serta rasa nyeri yang bisa menjalar ke bagian tubuh lain seperti pipi, leher, dan kepala.
Konsultasi ke dokter gigi serta perawatan harus diiringi dengan proses perawatan gigi yang tepat di rumah. Bila kamu merawat gigi dengan cara yang tepat, niscaya masalah ngilu pada gigi tidak akan terulang lagi. Beberapa cara menghilangkan ngilu pada gigi yang harus kamu lakukan secara rutin di rumah, yaitu:
Kalau rasa ngilu pada gigi masih terus mengganggu kenyamananmu, jangan ragu untuk segera berkonsultasi dengan dokter gigi. Lakukan upaya terbaik agar gigimu senantiasa sehat dan bebas ngilu, ya.
*Berdasarkan studi in-vitro
Artikel telah ditinjau oleh drg.Fatimah Gita
Referensi: